29 September 2008

Keteladanan

Kisah seorang ibu
"Boleh saya bantu?" ujar si sulung ketika berusia kurang dari tiga tahun, ketika malihat ibunya kerpotan mengerjakan sesuatu. Ketika makin besar, ibu mulai memberinya perintah ini dan itu, karena menurut ibu si bungsu sudah harus mandiri dan punya tanggung jawab. Lambat laun kalimat, "Boleh saya bantu ?" tak terdengar lagi.
Ketika ibu hamil, karena merasa sangat lemah, ibu sering meminta bantuan Mbak dirumah. Dan si sulung juga jadi sering meminta bantuan Mbak, bahkan untuk hal kecil. Padahal si sulung tergolong anak yang mandiri.
Anak kedua lahir perempuan, ibu cenderung lebih memperlakukan dengan lembut. Ternyata, ia pun lembut dan penuh perhatian. Ketika usia menginjak lima tahun, ibu sering membacakan cerita. Secapek apapun selalu berusaha membacakan cerita-cerita yang disukainya, dengan harapan dia tertarik dan berminat membaca sendiri. Dan apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Suatu hari ia bertanya, "ummi mau aku bacakan cerita? kan ummi sering bacakan aku cerita!" Meski masih terbata-bata, ia mulai membaca, tanpa disuruh. Meski dia belum lancar membaca.

Kisah dari seorang ayah
Dia sebenarnya ingin berhenti merokok, berkali-kali berusaha namun selalu gagal. Pikiranya melayang tak menentu kalau tidak merokok. Kebiasaan merokok itu suah melekat 40 tahun. Terpengaruh pergaulan yang akrab dengan rokok.
Kebiasaan merokok tersebut menular juga pada kedua anak laki-lakinya. Pun dia sudah menasehatinya, ternyata mereka tidak mau mendengar nasehatnya.

* Ditulis ulang dari majaah Hidayatullah.
Jadi inget pas ikut outbond, pas permainan. Insturkturnya memberikan instruksi untuk memegang telinga, tapi si bapak sambil memegang hidung. Dan ternyata peserta lebih banyak yang memegang hidung daripaa memegang telinga. Teladan emang lebih penting daripada perintah. .46.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home